Sabtu, 12 Maret 2016

Saat Jodoh Tak Kunjung Tiba

Sudah satu minggu ini, air pam dirumahku tak mengalir.
Malam itu, aku beranikan diri mengetuk tetangga ujung gang.
Mumpung suaminya masih diluar kota.
Penghuninya adalah teman majelis tafsir di masjid.

Malam itu, awalnya hanya sekedar numpang cuci muka dan ambil air wudlu.
Berlanjutlah aku ikut sholat.
Anak-anak beliau juga sudah lelap tertidur semua, mungkin kecapekaan setelah hujan-hujanan tadi sore.

Selesai sholat, beliau mengajakku berbincang sebentar.
Belum lama obrolan berselang, akupun tak mampu menahan air mataku, rasanya sudah tak mampu lagi ditahan.
Aku tarik tangan dan peluk erat badannya,
dan aku menangis, menangis dan menangis.

Beliau sengaja tak menghentikan tangisku dan seolah berharap bebanku hilang.
Dan akupun berbisik padanya, "Mbak apa Allah ga sayang padaku, kenapa Allah belum mendatangkan jodoh untukku?".
Sontak berubah wajah beliau, seolah bingung atas pertanyaanku.

Usiaku sudah lebih dari kepala empat, usia yang melebihi kata cukup untuk menikah.
Apalagi kalo takarannya orang kampung seperti kami.
Perempuan seumuran kami minimal sudah punya anak dua bahkan tiga.

Desakan orang tua ku untuk segera menikah membuat tambah perih rasa yang ku alami.
Ditambah tuduhan tetangga bahwa aku penyebab terbaring ibuku di rumah sakit.

Aku merasa wajahkupun tak jelek, pekerjaan mapan juga sudah Allah karuniakan padaku, dan aku merasakan sudah siap menikah. 
Setiap ada pelatihan-pelatihan pra nikah, aku ga pernah absen.
Mungkin modal yang sudah cukup untuk menikah.

Tapi entah, ada sekenario apa yang Allah berikan kepadaku. 
Ku sampaikan juga pada beliau,  "Mbak, aku pun siap menjadi yang kedua? Aku hanya berharap siapapun ia, seseorang itu akan mampu membuatku berada dalam keistimewaan di jalanNya?".

Tak ada kata yang terucap dari beliau.
Beliau hanya menambah erat pelukan dan mengusap punggungku.

Beberapa menit kemudian, beliau katakan bahwa Allah sedang menyiapkan jodoh terbaik bagiku dan meyakinkan bahwa Allah akan datangkan seorang pria yang akan menemani, menuntun dan memimpinku dalam meraih keridloan dan kedudukan di sampingNya.

Hanya butuh waktu yang tepat saja.
Beliau pun memintaku untuk bersabar, bersabar sampai kesabaran itu membuatku semakin mendekat pada cintaNya.

Semoga kesabaran berbuah ketaatan.
Allah sudah mempersiapkan bagiku pasangan yang tepat, entah didunia ini maupun di akherat nanti.
Seberapa bijak kita memahami dan menerima manis dan getirnya hidup ini, akan menentukan seberapa bobot keimanan kita padaNya.

Kesenduan ini berakhir, saat smartphone di atas meja berbunyi, mungkin suaminya menelpon.

Terima kasih mbak, tak kan ku lepaskan ukhuwah ini, ukhuwah yang membuatku semakin mendekat pada keridloanNya.

Cikarang, 12 Maret 2016
#fatina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar